Selasa, 25 Desember 2012

Perjalanan singkat berkesan, KUDUS

"Motoooo lee"

Berawal dari motivasi salah satu sahabat saya yang telah lebih dulu rajin menulis, waktu itu kami sedang chatting dan membahas tentang apa yang sebaiknya dilakukan di masa-masa "nganggur" (sebenarnya sedih juga menuliskan kata nganggur itu) ini. Kemudian dia menyarankan saya untuk lebih rajin motret dan menceritakannya dalam bentuk sebuah tulisan di blog, walopun hanya dari sebuah foto single.

Ini ada sebuah kesempatan yang pas banget, hari ini saya baru pulang dari sebuah perjalanan singkat dua malam tiga hari di Kudus, jadi kali ini saya akan mencoba menulis catatan tentang perjalanan ini.

Perjalanan ini diawali dengan sebuah ajakan mendadak di pagi hari dari Alina untuk ikut pulang ke kotanya, Kudus. Kudus adalah sebuah kota yang sudah lama sekali ingin saya kunjungi, jadi dengan beberapa pertimbangan segeralah saya memutuskan untuk ikut dan bersiap-siap. Perjalanan dimulai hari senin, sekitar jam 11 saya sudah siap duduk di boncengan Alina untuk menembuh jalanan siang pulang ke kotanya. Yaa, saya ga tau ya apa yg perlu di ceritakan dari perjalanan motor solo-purwodadi-kudus, tapi bagi yang pernah lewat atau pernah mendengar gosip bahwa jalanan itu rusak parah, percayalah itu bukan gosip, saya sudah merasakannya sendiri, entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi sudah cukup lama adrenalin saya ga naik turun semenjak naek kora2 sekaten, tapi jalanan kemaren cukup membuat adrenalin saya naik hingga saya bingung antara harus ketakutan atau tertawa.

Setelah perjalanan yg tak terlupakan itu, akhirnya saya tiba juga di Kudus, dan dimulailah perjalanan saya untuk mengabadikan beberapa momen dan lokasi.

Perjalanan hari pertama di Kudus tentu saja dimulai dengan mengunjungi Makan Sunan Kudus yang tetap ramai di malam hari

Dilanjutkan dengan mengunjungi Tugu Identitas Kudus yang Alina sebagai warga asli pun tak memahami sejarah dibalik berdirinya tugu ini:p


Gelanggang olahraga Badminton yang tersohor
Berfoto bersama di air mancur warna-warni di depan gelanggang olahraga

Makan malam dengan Sate Kerbau Khas Kudus
Hari berikutnya, sarapan dengan Lentok


Mengunjungi Makan Sunan Muria
Air Terjun Muria

Makan siang, Soto Kerbau

Gulai Kerbau

Makan malam, Tahu Telor Gimbal
Kalau ada yang belum tau, inilah bentuk Rumah Adat Kudus (di Museum Kretek Kudus)

Ditutup dengan mengunjungi pusat sejarah kretek Kudus, Museum Kretek Kudus.



 Nah... Demikianlah catatan perjalanan saya di Kota Kudus, setengah tahun yang lalu (setengan tahun juga tulisan ini tersimpan di draft:p) berantakan memang. Kesannya adalah menyenangkan, Kudus kota santri yang ramah dan entah kenapa saya merasa logat jawa yang digunakan di Kudus tidak jauh berbeda dengan logat suroboyoan yang membuat saya nyaman, seperti di rumah sendiri, hommy!

Terima kasih untuk Alina sekeluarga :)






Ah iya saya masih tetap sama, tidak bisa rajin menulis walaupun sudah membuat blog baru lagi

:p


Rabu, 09 Mei 2012

Lalu Apa??


Entah ada hubungannya sama blog ini atau enggak, tapi akhirnya saya sudah berhasil menyelesaikan satu tulisan yang penting dalam sejarah  studi  saya, yang dulu semangat penulisannya sempat saya hubung-hubungkan dengan langkah saya membuat dan menulis di blog ini.

Pastinya setelah menyelesaikan tulisan itu, sekarang saya sudah melewati masa studi saya di bangku kuliah selama kurang lebih lima tahun, cukup lama pasti bila diukur dari standar sepengetahuan orang-orang pada umumnya, tapi jujur saja meskipun telah tergolong cukup lama, saya masih enggan melangkah keluar. Pun bila bukan karena desakan dari orang tua, saya pasti masih santai-santai saja bergaul kian kemari dengan teman-teman kuliah dan juga dengan tugas akhir yang sebenarnya menjemukan itu.

Ketika memang sudah selesai begitu saja, saya bilang begitu saja karena saya tidak merasakan kelegaan luar biasa ketika keluar dari ruang sidang kala itu, atau ketika mendapatkan tanda tangan acc dari para penguji tanda kelulusan, atau ketika nama saya telah terdaftar dalam daftar nama wisudawan, saya malah merasa bimbang, bingung tak pasti. Bukan, bukan berati saya tidak lega, bukan berati saya tidak senang, lega tentu saja, senang juga iya, tapi... ada yang menahan saya untuk senang maksimal, ketika sahabat, teman dekat saya masih harus bergulat dengan tugas itu saya merasa agak hampa (iya hampa) untuk tidak bisa lulus bareng mereka, ketika setelah ini entah apa yang akan saya lakukan, dan ketika saya mungkin harus segera beranjak dari sini, dari semua kenyamanan kota ini, dari hangatnya cinta dan persahabatan, dari wajah-wajah yang jujur saja ternyata saya suka sekali memandanginya setiap hari…

Bukannya tidak siap menghadapi masa depan, bukannya tanpa tujuan hidup, bukannya malas bekerja. Setelah kuliah selama ini, saya tahu bidang apa yang ingin saya saya geluti, saya tahu saya ingin kerja apa dan dimana, saya tahu bagaimana cara saya menghasilkan karya pada nantinya. Namum semua itu seperti mengambang, karena memang belum ada yang pasti…

Maka itulah pertanyaan besar yang mendasari tulisan yang mengambang ditengah keharuan mendekati saat-saat perpisahan ini, lalu apa yang akan saya lakukan setelah ini?

Rabu, 25 Januari 2012

Teman Kita


Sesaat saya teringat kata-kata salah satu dosen saya favorit yang selalu diulang disetiap kelasnya,

“Seseorang itu akan berkumpul dengan orang-orang yang mirip dengan dirinya”

Saat itu dia menunjuk saya dan berkata,
“Seperti mbak ini, dia berjilbab dan berkumpul dengan  orang-orang yang berjilbab, deretan yang sana juga berjilbab semua, dan juga kelompok lainnya itu pasti ada kesamaan”

Saya memang duduk disamping sahabat saya dan beberapa teman lainnya yang juga berjilbab. Meskipun kalimatnya itu sering diulang-ulang di beberapa kelasnya, kondisinya pun tetap sama, dia benar.
Ketika beliau mengatakan hal itu saya selalu mengikuti arahannya saat memberikan contoh dan melihat sekeliling kelas, benar saja, saya melihat teman sekelas saya rata-rata duduk dengan teman yang dekat dengan mereka (kecuali yang terlambat, walaupun yang terlambat pun kadang juga udah disiapin kursi sama temennya). Saya pun melihat persamaan dari kelompok orang-orang yang berteman dekat itu, selain dari segi penampilan fisik yang mudah terlihat, ya mereka memiliki selera fashion yang sama, ada juga kelompok lain yang memiliki penampilan yang berbeda tapi memiliki hobi yang sama, ada juga yang dari hasil pengamatan saya mereka memiliki sifat yang sama, serta cara pandang yang sama tentang sesuatu.

Yup, saya juga baru sadar saya tidak pernah bosan dengan dosen yang satu itu, meskipun setiap kali beliau mengulang kalimat itu saya berpandangan dengan sahabat saya yang juga berjilbab dan berbisik “ni bapak pasti seneng deh ngeliat cewek berjilbab, haha”. Dan lagi setiap kali beliau mengatakan hal itu saya juga menghubungkannya dengan kalimat lain yang sering saya dengar sambil manggut-manggut, 

“Kalau mau mengetahui tentang seseorang, lihatlah dari sahabatnya dan teman-temannya”

Setelah melalui pengamatan panjang, baik pada diri saya sendiri dan teman-teman lain, saya semakin yakin dosen saya dan kalimat diatas itu benar. Seseorang pasti lebih senang berkumpul dengan yang sependapat dengan dirinya tentang satu atau beberapa hal, itu membuat mereka nyambung kalo lagi ngobrol dan sering melakukan kegiatan bersama, trus jadi akrab, trus temenan deh. Itu kalau kita emang uda nemuin kecocokan dari awal. Kesimpulan tambahan yang saya dapatkan adalah ketika kita berteman dan akrab dengan seseorang, mau tidak mau pasti saling memberikan pengaruh satu sama lain. Nah, pengaruh itulah yang membuat kita akhirnya semakin mirip saja dengan teman-teman kita. Dengan catatan, kemiripan itu bukan hanya soal penampilan.

Contoh nyatanya banyak sekali disekitar kita, sekali lihat saja pasti langsung ketahuan, termasuk salah satunya alasan saya jadi teringat kalimat dosen itu adalah saya ngeliat foto teman saya di facebook yang lagi bareng sahabat-sahabatnya, penampilan mereka yang mirip, dari warna dan model rambut, gaya berpakaian, dan juga make-up nya senada walaupun tak sewarna (karena mereka bukan girlband). 

Contoh lain yang cukup menyesakkan namun membahagiakan adalah ada beberapa kelompok teman seangkatan saya, yang mana mereka bersahabat kental, mereka -sudah- melaksanankan sidang skripsi di waktu yang hampir bersamaan, dan mereka akan wisuda bersamaan juga. Sementara itu, saya dan sahabat saya (tidak termasuk yang sudah wisuda duluan dan -bahkan- sudah kerja) sekarang masih saling menyemangati untuk segera menyelesaikan skripsi. Nah..nah…nah….

Senin, 19 Desember 2011

Back to Desember

Toett….Toettt……
Suara itu terdengar dari depan kost saya, salah satu temen selantai saya di tingkat 2 berlari ke balkon untuk mengetahui sumber bunyi kencang berulang-ulang di pagi hari itu. Ternyata dia harus kecewa, sumber suara itu bukanlah seperti yang dia harapkan, “ternyata cah cilik dolanan trompet, tak kiro bakul panganan” (ternyata anak kecil yang memainkan terompet, aku kira penjual makanan), ucapnya sambil mengelus perutnya.
Saya dari tadi mendengar suara itu. Namun mengabaikannya karena sedang sibuk di depan laptop lantas tersadar, suara terompet???? Emangnya uda deket tahun baru ya??
Setelah ngecek tanggal di sudut kanan bawah layar, saya manggut-manggut, ya ini sudah Desember, pertengahan Desember, Desember 2011, 2011, mendadak saya merasa kehabisan waktu…
Menerapkan manajemen waktu yang baik memang tidak semudah menuliskannya di selembar kertas bentuk bintang dan menempelkannya di sudut layar notebook. Saya sudah sampai disini, harusnya dengan beberapa pencapaian yang sudah ditargetkan. Kenyataannya tidak, malah mundur selangkah.

Gilanya, satu semester sudah saya berkutat dengan skripsi, diselingi dengan traveling kian kemari dan belajar motret *atau sebaliknya;p* dan belum ada perkembangan berati, baik di skripsi maupun skill motret saya (trus aq nyapo ae sakjaneee?? Haha).  Awalnya saya masih santai-santai saja mencari jawaban dari kebimbangan saya tentang satu dua teori dan aplikasinya, baca-baca beberapa buku, majalah, web, blog, diskusi dengan beberapa teman dan dosen, tapi ke-santai-an itu sirna seketika ketika orang tua menagih janji saya, yayaya target saya sendiri untuk selesai tahun ini. Jujur saja saya panik dan mulai memaniki *lol* orang2 disekitar saya.
Bisa-bisanya saya saja pasti ini, tapi saya yakin, ada tipe orang yang bisa belajar dengan cepat, dan ada juga yang sedikit lebih lambat, toh akhirnya sama-sama bisa. Kali ini saya sedang pegang quote itu, melihat kenyataan beberapa teman sudah pake toga, beberapa sudah keluar dari ruang sidang, beberapa cek all, dan saya masih start all. Saya tidak mau terbaca desperate dengan kenyataan ini, karena nyatanya memang tidak, saya ini terlalu cuek dan itu berbahaya, maka saya buat tulisan ini untuk mengingatkan diri sendiri, …
Realize that it is Desember, manfaatkanlah sebaik-baiknya dan berusaha sekerasnya karena tidak ada kata terlambat, and so, you can’t back to Desember (2011) too!!”
:)

Rabu, 21 September 2011

Ketika Harus Menulis


Berawal dari beberapa quote yang berseliweran di kepala. Sebagian adalah kalimat-kalimat pembakar semangat dari sejumlah orang yang pernah saya temui.

"menulislah untuk mengkomunikasikan apa yang ada dipikiranmu"
"menulislah untuk berbagi ilmu sebagai ladang amal"
"banyak membaca merupakan dasar menulis"
"untuk menumbuhkan hobi membaca, mulailah dari buku-buku yang disuka"
 Saat ini saya sedang dalam masa HARUS menulis, bukan sembarang tulisan. Tulisan itu merupakan tugas terakhir yang akan menjadi masterpiece setelah 4 tahun penuh menempuh masa kuliah. Herannya saya sama sekali tak punya gairah untuk menulis naskah wajib itu, sekalipun telah diberondong dengan pertanyaan mengenai waktu kelulusan yang masih nampak absurd.

Hubungannya dengan rentetan quote diatas adalah akhirnya saya mengembangkan sebuah quote baru berdasar rumus ATM (amati tiru modifikasi) yang berbunyi :
“untuk menumbuhkan hobi menulis, mulailah dari tulisan yang disukai”
Entah apakah saya akan suka menulis blog ini, mengingat beberapa tahun lalu saya menutup blog saya lantaran tidak ada perkembangan berati. Tapi mungkin ini langkah paling mudah yang bisa dilakukan untuk membiasakan diri. Semoga ada manfaatnya.